Minggu, 22 Maret 2009

Pram di Atas Genteng



Ini adalah posting lanjutan cerita tentang kenapa Pram agak phobia dengan yang namanya ketinggian. Kebiasaan Pram kalau mau naik ke suatu tempat yang lebih tinggi, pasti berseru "Bunda, kalau naik jatuh ga?".

Awalnya saya sempat khawatir, kok aneh biasanya anak seusia Pram pasti hobinya naik-naik, manjat-manjat tanpa memperhitungkan keselamatan, ya namanya juga anak-anak pasti ga' akan mikir sampai sejauh itu. Tapi tidak dengan Pram, seakan-akan ada perasaan takut ketika Pram mau melakukan hal-hal yang membahayakan.

Tetapi alangkah bijaknya, bila saya dan suami tidak membanding-bandingkan anak sendiri dengan anak-anak lain sebayanya. Biarlah Pram tumbuh sesuai dengan karakternya sendiri, kita sebagai orangtua hanya membimbing Pram ke arah yang lebih baik saja.

Ketika usia Pram 1,5 tahun, Pram pernah menghilang sebentar, dan tiba-tiba lengking tangisnya terdengar ternyata Pram menangis di atas genteng (Bude Harjo red) tetangga sebelah rumah?!... Aneh, padahal Pram belum pernah naik tangga sendiri, kok bisa ya tiba-tiba Pram sampai ke genteng tetangga?.....

Kejadian Pram ada di genteng Bude Harjo, tersiar cepat hayyyah kayak berita heboh aja ya... mulailah banyak yang kasak-kusuk kenapa begini, kenapa begitu?... Ada yang bilang (kebetulan yang bilang itu katanya dia bisa lihat alam lain yang berbau mistis gitu deh -red) Pram di bawa oleh "mahluk" lain, makanya Pram bisa sampai genteng. Ternyata ga' cuma satu orang yang merasakan dan memprediksi kejadian ganjil itu..bahkan mereka dengan detail menyebut letak dimana "mahluk" itu tinggal.

Hiiiiii merinding pertama di kasih tahu hal-hal aneh begitu. Semua aku serahkan sama yang di atas saja. Allah lah yang akan melindungi Anakkku dari berbagai mara bahaya. Apa mungkin kejadian ini semua yang mengakibatkan Pram phobia ketinggian?

Sabtu, 07 Maret 2009

City Of Ember

Yaa siih basi banget kalau hari gini baru posting tentang sinopsis City Of Ember. Tapi yang pasti postingan ini cuma mau melengkapi postingan terdahulu. Secara ini Film pertama yang Pram lihat di bioskop, sebagai hadiah ulang tahun Pram yang ke 3, Ayah dapat tiket gratisan dari Om Seto. Jadilah Pram nonton di 21 Cineplex Ambarukmo Plaza Yogyakarta.

Pemain: Bill Murray, Tim Robbins, Saoirse Ronan, Toby Jones, Harry Treadaway, Miles Thompson, Rachel Morton, Eoin McAndrew

Berawal dengan berkumpulnya para ilmuwan guna menyelamatkan kehidupan manusia, dimana permukaan bumi dipenuhi dengan racun. Dari sinilah kehidupan mulai pindah ke bawah tanah dan membentuk sebuah kota bernama Ember.

Kehidupan tentang Ember disimpan dalam sebuah kotak yang akan terbuka setelah 200 tahun kemudian, dan dipegang oleh walikota-walikota berikutnya. Namun estafet tersebut tak berjalan semestinya, hingga akhirnya rantai tersebut terputus.

Kemudian sampailah pada angka 200 tahun, dimana kotak tersebut terbuka. Namun, kehidupan kota Ember mulai menemui kehancuran, generator sebagai sumber tenaga mulai mengalami kehancuran. Hingga dua orang remaja muncul untuk mencari jalan keluar.

Dalam kepanikan ini, 2 orang anak Lina Mayfleet (Saoirse Ronan) dan Doon Harrow (Harry Treadaway). Lina bekerja sebagai messenger atau pembawa pesan di kota itu, soalnya ga ada telepon sih.. Dan ada juga Doon, seorang pipe worker alias tukang pipa kota yang bermisi baik untuk memperbaiki generator biar nggak terjadi mati listrik lagi. Mereka mencari tahu penyebab redupnya lampu-lampu kota mereka. Mereka tak pernah tahu bahwa pencarian mereka ini akan membuka tabir misteri masa lalu kota Ember yang selalu diliputi kegelapan.

Kemudian, mereka melakukan penyelidikan untuk dapat keluar dari kota Ember tersebut. Aksi-aksi penyelusurun pun dimulai, hingga akhirya mereka mendapatkan jalan keluar menuju permukaan bumi.

Selama berabad-abad, penduduk kota Ember tidak pernah menikmati indahnya sinar matahari. Kota itu selalu diliputi kegelapan abadi karena kota Ember sebenarnya berada di bawah tanah. Satu-satunya sumber cahaya adalah bola-bola lampu yang selalu menerangi kota ini.

Suatu ketika, bola-bola lampu yang selama ini tak pernah redup atau padam tiba-tiba saja mulai meredup. Kekhawatiran pun mulai meliputi warga kota. Mereka takut bila suatu saat sumber cahaya ini akan padam selamanya.

Film ini jadi kenangan untuk Pram yaaaa

Jumat, 06 Maret 2009

Anak Sebaiknya Disuruh Mengalah atau Membalas?

Kebetulan sepupu Pram sedang tinggal di jogja untuk waktu yang cukup lama. Usianya cuma terpaut 6 bulan. Jadi kebayangkan awal-awal mereka beradaptasi, hampir setiap menit ada saja yang menangis, berebut mainan atau karena hal sepela lainnya. Ya mungkin kebetulan Pram yang lebih muda dan lebih kecil di banding sepupunya maka tak ayal Pram lebih sering tertindas. Beberapa kali mukanya tergores luka cakaran.

Ya sih maklum namanya juga anak kecil yang masih penuh dengan ego. Tapi kadang kasihan juga ga' tega lihat Pram sering di cakar, di pukul, di dorong bahkan di bentak-bentak. Mungkin karena anak sendiri jadi ga' tega lihatnya ya duuuh.

Awalnya saya tidak pernah meyuruh membalas, tapi berhubung Pram yang lebih sering sering tertindas, saya dan suami akhirnya menyuruh Pram membalas apa yang dilakukan oleh sepupunya. Tapi memang cara itu tidak efektif, yang ada mereka malah berantem.

Sampai akhirnya saya menemukan beberapai cara mengajarkan anak bagaimana bersikap, membalas memukul atau mengalah.

  • Mintalah kepeda anak untuk teriak 'stop' atau 'jangan' yang keras, biar orang lain mendengar. Soalnya kadang-kadang orang lain kan tidak melihat awalnya, nanti kalau anak kita membalas, dikiranya anak kita yang memulai.
  • Usahakan jangan ajarkan anak untuk membalas. Soalnya kalau satu membalas, nanti jadi berkelahi.
  • Lebih baik mengajarkan anak untuk mengemukakan ketidakpuasannya terhadap sesuatu secara verbal daripada secara physical.

`how to verbalize your feelings`. Baik itu feeling negatif maupun feeling positif. Jadi kalau dia mendapat suatu keadaan yang tidak enak dari temannya (misal: dipukul) maka yang pertama dilakukan adalah mengatakan kalau dia tidak suka dipukul (misalnya dengan berkata:"jangan pukul aku, sakit", stop, dll) dan bukan malah membalas memukul.

Memang perlu waktu hingga anak-anak terlatih untuk bisa mengungkapkannya secara verbal. untuk menahan dulu keinginannya untuk mengungkapkannya secara fisik, baru kalau sudah tidak mempan dia terpaksa menggunakan `physical force`. Tapi lama kelamaan mereka akan terbiasa dan tidak mudah main pukul begitu saja.

Untuk positive feeling juga begitu. Kalau dia dibiasakan untuk mengungkapkan betapa senangnya dia hari ini karena dibelikan mainan baru, anak juga akan terbiasa mengapresiasikan perasaan orang lain. Hal ini tentunya tergantung kita untuk rajin-rajin melatih dan menstimulasi. "Bagaimana bagus tidak mobil-mobilan ini?, Senang tidak tadi menonton bioskopnya"? Let them verbalize their feelings and they would get accustomed to understand other people's feelings.

Aduuh senengnya yach kalau anak kita sudah berhasil mengungkapkan perasaannya secara verbal.
kalau masih juga belum selesai, dengan terpaksa dia harus bertahan atau melawan saya bolehkan. Aku selalu ingatkan untuk memberitahu atau mengekspresikan kalau Pram tidak suka.

Yang namanya anak-anak, pasti suka rewel, kemudian menangis atau diam saja, tidak mau bicara, cuma huh-huh. Nah, kalau anakku lagi begitu, bicara yang jelas, Bunda ga' paham Pram maunya apa?. Meski pun kadang-kadang saya tahu apa yang dia mau, tapi kalau Pram tidak mau bilang dan cuma merengek, saya diamkan saja. Memang sepertinya kejam ya, tapi, baiknya buat mereka, belajar bicara yang betul. Selain biar manner-nya baik dan juga mengajarkan keterbukaan dengan anak.

sebenarnya tidak terlalu bijaksana. ajarkan untuk melawan segala bentuk kekerasan, tapi dalam konteks membela diri. Tapi tidak boleh memulai kekerasan. Artinya kalau dia dipukul temannya, dia harus balas memukul kalau temannya tidak bisa menjelaskan mengapa dia harus dipukul. Tapi dia boleh memulai perkelahian apabila bermaksud membela temannya, apalagi kalau temannya perempuan dan anakku laki-laki, itu harus dibantu bela.









Selasa, 03 Maret 2009

Pram Lentera Bunda

Wuiiih rasanya malam ini aku bakal nglembur menyetrika baju nih, secara sudah dua hari aku absen menyetrika baju. Pram asyik mainan mobil-mobilan, selang beberapa menit Pram minta minum susu.

Pram duduk anteng (bisa juga diartikan tenang -red) sambil minum susu, di sampingku dan aku melanjutkan kembali aksi menggosok-gosok baju. Aku cuma sesekali lihat ke arah Pram, sambil mengingatkan dia supaya cepat menghabiskan susunya.

Tidak lama berselang tiba-tiba Pram berguling-guling di lantai sambil memegang "burung kecil"nya, sambil berteriak kesakitan. Aku kaget campur panik, langsung aku lepas celana Pram, dan aku makin panik setelah melihat "burung kecil" Pram berdarah. Tangis Pram semakin membahana, ku peluk Pram tetapi Pram meronta bahkan muka dan rambutku menjadi korban sukarela amukan Pram.

Spontan aku teriak minta tolong Bapak yang kebetulan sedang ada di depan teras. Tapi Pram hanya mau aku yang gendong dia. Semua jadi ikut panik, yang paling tegang pastinya aku. Sampai akhirnya Pram lelah menangis, "minum susu nda" pinta Pram di sela tangisnya yang hampir mereda.

Setelah itu Pram enggan pakai celana, dia bilang sakit, tapi setelah di bujuk baru Pram mau pakai celananya lagi. Pada saat buang air kecil Pram juga mengeluh sakit. Duh kenapa ya? soalnya Pram belum mau jawab kenapa "burung kecil"nya berdarah.

Bangun pagi, Pram langsung di berondong pertanyaan dari Ayahnya soal tadi malam, akhirnya Pram baru bilang kalau "burung kecil"nya berdarah karena kena paku. Oh ternyata memang ada paku menonjol di bangku depan televisi. Ya walaupun aku tidak tahu persis kronologis kejadiannya, setidaknya aku lega karena sekarang Pram bilang "burung kecil"nya engga sakit lagi.

Duuuh bikin panik Bunda aja nih Pram