Kamis, 11 Juni 2009

Bingung Cari Playgroup

Huaaaaaaaaaaaaaa, sedih banget Pedagogia dah Full dari awal Mei, padahal Pram dah mantep banget sekolah di Pedagogia. Kata Kepala Sekolahnya "TK aja Pram di Pedagodia tapi ndaftarnya mulai bulan Januari ya".....

Ya mau gimana lagi, ada perasaan nyesel kenapa bisa telat?, jadinya sampai sekarang belum sreg juga buat ndaftar Playgroupnya...

Pokoknya TK harus di Pedagogia hehehe.... ingat ingat ingat, Januari ndaftar di Pedagogia.....

Sabtu, 06 Juni 2009

Duuh, Empatinya anakku

"Kok Bunda nangis?" sapa Pram sambil terus melihat kedua mataku.
"Bunda ga' nangis" Aku mencoba menenangkan diri dengan mencoba tersenyum, sambil menahan isak agar tak terdengar Pram.
"Bunda nangis" ulang Pram
"Bunda jangan nangis ada Pram di sini" lanjut Pram mencoba menghiburku. Aku makin sesegukan ketika Pram buah hatiku di usia 3,4 bulan mencoba menghiburku yang sedang menangis.
....................
Pram juga terkadang tahu betapa Bundanya sedang hampa. Tatapanku saat itu kosong, kosong karena terlalu lelah menjalin rajutan kehidupan.
"Bunda sedih ya?" sapa Pram menelusup dalam lamunanku.
"Bunda ga' sedih" selalu aku mengelak jujur, karena Pram terlalu kecil untuk merasakan penatnya rasa.
"Bunda jangan sedih, kita beli ice cream yuk" rayu Pram... ough lagi-lagi Anak lelakiku mencairkan kesedihanku

Empati (dari Bahasa Yunani εμπάθεια yang berarti "ketertarikan fisik") didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengenali, mempersepsi, dan merasakan perasaan orang lain. Karena pikiran, kepercayaan, dan keinginan seseorang berhubungan dengan perasaannya, seseorang yang berempati akan mampu mengetahui pikiran dan mood orang lain. Empati sering dianggap sebagai semacam resonansi perasaan.


Aku dan Laskar Pelangi

Laskar Pelangi, siapapun mengakui ada semacam magnet yang luar biasa pada setiap kata yang tertoreh. Ada kekuatan maha dahsyat pada tiap kalimatnya. Ada semburat cinta yang merasuk saat melahap setiap alur ceritanya.

Aku mungkin hanya satu dari sejuta yang mengagumi tiap-tiap kata Andrea Hirata. Aku tidak hanya mengagumi tetapi aku juga melebur, seakan mengalami De Javu.

Sekolahku SD ku juga reot, tiap kelasnya hanya di pisah dengan papan, yang saat istirahat papan itu kami jadikan permainan jungkat-jungkit.

Kami adalah aku dan kawan-kawanku harus berjalan kaki, ya walau hanya berjarak satu sampai dua kilo meter, jaranglah dari kami memiliki sepeda saat itu.

Bagi kami melihat gajah mati adalah tontonan super meriah dan murah. Karena bisa di pastikan setiap kepala rumah tangga akan membawa serta keluarganya piknik menonton gajah mati. Ya gajah mati yang di bunuh orang yang tak punya hati, mengambil gading untuk di jual demi perut-perut mereka.

Kami anak-anak jalur 13, harus menapaki hutan kiloan meter hanya untuk mendapatkan air hujan yang terdapat di lubang bekas telapak kaki gajah.